Hai kuy, bagaimana kabar kalian di hari minggu yang cerah ini? Masih pada sibuk dengan komiknya atau sedang menikmati hari libur ini? yang pasti semoga kalian tetap diberi kesehatan dari Tuhan ya, Amiin.
Menyambung tutorial membuat komik terdahulu mengenai Pencarian Ide, Premis, Log Line, Desain Karakter, dan Penulisan Sinopsis, maka tutorial kali ini adalah langkah berikutnya, yaitu Penulisan Script.
Format penulisan script komik sebenarnya mirip dengan skenario film, tetapi karena komik terdiri dari panel-panel, maka script komik haruslah dibagi dan dijelaskan tiap panelnya oleh sang penulis.
Apabila penulis adalah sekaligus sebagai penggambar komiknya, maka tahap ini mungkin bisa dihilangkan dan langsung masuk ke tahap berikutnya. Tetapi di industri komik Amerika, posisi penulis cerita kebanyakan berbeda dengan penggambarnya yang tinggal di benua lain. Oleh karena itu script komik haruslah sedetil mungkin menjelaskan apa yang harus digambarkan oleh ilustratornya. Biasanya disertakan banyak sekali link gambar untuk memudahkan menjelaskan apa yang dimaksud oleh penulis.
Jenis script komik ada 2 macam, yaitu Marvel Style (Plot) Script dan Full Script.
Marvel Style (Plot) Script
Adalah jenis script yang sangatlah global, boleh dibilang berupa sinopsis/plot saja. Disini peran illustrator sangatlah besar, boleh dibilang ini sutradara komiknya adalah si penggambar.
Jenis script ini dipakai Marvel pada saat awal-awal berdirinya, dimana jumlah editorial Marvel hanya sedikit dan merangkap sebagai penulis cerita, contohnya Stan Lee. Karena banyaknya komik yang harus terbit dalam waktu yang singkat, maka beliau hanya sempat menulis synopsis cerita, kemudian penggambarnya seperti Steve Ditko (Spider-man) dan Jack Kirby (Fantastic Four) yang akan mendesain karakter, setting, action, dan lain-lain.
Setelah komiknya selesai digambar, barulah Stan Lee menulis dialog yang pas untuk adegan-adegan yang sudah digambar tersebut. Jadi sampai sekarang masih diperdebatkan seberapa besar peran Stan Lee dalam penciptaan karakter-karakter Marvel, karena pada saat itu peran illustrator juga sama besarnya.
Berikut adalah contoh Plot Script (karya alm. Dwayne Mc Duffie) yang sebenarnya sudah cukup detil dibanding Plot Script pada masa Marvel tahun 60-an. Pada jaman itu, script komik 22 halaman bisa hanya berupa 1 halaman text.
Seiring dengan semakin baiknya proses produksi komik, maka penulisan script jenis ini sudah mulai ditinggalkan dan beralih menjadi Full Script.
Full Script
Adalah jenis script komik yang paling umum pada saat ini, dimana penulis dan penggambar bisa saja tidak pernah saling berkomunikasi, tetapi penggambar bisa menghasilkan komik sesuai dengan apa yang ada di bayangan si penulis.
Tentu saja kuncinya adalah penulisan secara detil dan jelas di dalam scriptnya. Jenis Script inilah yang akan kita bahas sekarang ini.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan script komik, antara lain:
- Jangan membuat jumlah panel yang terlalu banyak dalam 1 halaman komik. Perlu diperhatikan berapakah ukuran cetak komik yang akan dibuat, apabila ukuran cetaknya semakin kecil, maka jumlah panel diusahakan semakin sedikit. Hal ini akan berpengaruh terhadap ruang untuk penulisan text/dialog dan juga ukuran hurufnya, agar tetap mudah dibaca.Jumlah panel yang pas untuk komik ukuran A4 adalah 5-6 panel per halaman.
- Jelaskan sedetil mungkin adegan yang akan digambar, baik dari sudut pandang, kedekatan kamera, gesture tokohnya, ekspresi muka, lingkungan atau orang di sekitarnya, sampai hal-hal kecil seperti merk dan warna benda yang memang penting di dalam cerita tersebut.
- Jangan menggunakan dialog sebagai sarana penyampaian informasi yang berlebihan juga. Dalam dunia penulisan naskah dikenal ungkapan: “show, don’t tell”, di mana penyampaian informasi sebaiknya ditunjukkan dengan perbuatan sang karakter, bukannya dipaparkan dalam dialog.Misalnya: Andi yang cuek dan jorok ditunjukkan dengan adegan mengupil dan mengelap hidungnya dengan lengan baju, saat berbicara dengan gurunya. Bukan melalui narasi “Andi adalah seorang yang cuek dan jorok”.
Dialog tentu saja tetap penting. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis dialog adalah:
- Pantaskah karakter ini mengucapkannya?Contoh: Seorang penjahat berbicara dengan gaya bahasa formal saat melakukan tindak kriminal. Aneh, kan?
- Apakah mereka perlu mengucapkannya dalam adegan tersebut?Contoh: Dalam adegan tembak-menembak yang genting semua karakter malah berdiskusi tentang asal-usul senjata yang digunakan.
- Apakah mereka akan mengucapkannya kepada karakter yang diajak berbicara?Contoh: Seseorang yang berbicara pada atasannya tentu gaya bahasanya berbeda dibanding dengan kalau berbicara dengan rekan setingkatnya.
Mungkin lebih mudah kalau diberikan contoh sederhana untuk memulai menulis script. Contoh script ini diambil dari script ‘Kisah Petualangan Bagas – Tentara Pelajar’ edisi 1 yang ditulis Andik Prayogo.
Hal 13:
PROLOG Text: Madiun, 27 Juni1934.Exterior: Hollandsch-Inlandsche School
Pagi hari
Panel 1: Panoramic shot: Sebuah halaman sekolah SD jaman Belanda (ada papan nama dari kayu bertuliskan: Hollandsch-Inlandsche School), seorang ‘bruder’ Belanda memukul lonceng berukuran sebesar bola basket, dengan pemukul tongkat kayu.
Sf/x: teng...teng...teng...
Panel 2: Puluhan anak-anak (beberapa memakai blankon dan sarung) berusia 6 – 10 tahun langsung berlarian keluar kelas. Ibu Bagas menunggu di depan halaman. Bagas berlari menghampiri ibunya.
Bagas: Ibu!Sf/x: Hore!
Panel 3: Ibu dan Bagas bergandengan tangan menjauhi sekolah.
Ibu: Yuk kita susul bapak di sungai.Bagas: Wah! Bapak memancing lagi? Asyik!
Panel 4: Bagas (6 tahun) melambai kepada ayahnya, ia memeluk ‘sabak’/papan tulis kecil (lihat reference). Di belakangnya ibunya berjalan menyusul.
Bagas: Bapak!
Panel 5: Ayahnya menengok dan melambai. Bagas berlari menghampiri
Ayah: Bagaimana belajar berhitungnya tadi?Bagas: Asyik pak, Bagas sudah bisa menjumlah ratusan. Dapat banyak ikannya?
Panel 6: Close up : Ayah memperlihatkan beberapa ekor ikan mujaer/nila hasil tangkapannya.
Voice over Bagas: Wah! Asyik! Kita makan enak siang ini.
Hal 14:
Panel 1 Ibu memanggang ikan di api unggun, mata Bagas membelalak melihatnya, ia tersenyum sambil mengelap bibir dengan lidahnya. Di belakang, ayah melepas topi capingnya dan menyangkutkannya di saung.
Bagas: Nyam! Pasti enak.
Panel 2: Close Up - Bagas makan ikan dan potongan singkong rebus beralas daun pisang.
Bagas: Terima kasih ibu, enak sekali ikan bakarnya.
Panel 3: View panoramic: - Di kejauhan terlihat burung-burung beterbangan dari dedaunan hutan.
Sf/x: Ciiit...ciiit..ciiit...Dari dalam saung, Ayah menoleh ke arah datangnya suara.
Panel 4: Terlihat tiga orang pria yang bukan berasal dari kampung mereka, berlari terengah-engah menghampiri saung. Yang terdepan berlari sambil menengok ke belakang, salah satu yang di belakang nyaris terjungkal.
Sf/x: Drap..drap..drap...
Panel 5: Ketiga orang berlari melewati saung. Yang paling belakang berteriak pada ayah Bagas.
Pria 3: Lari mas! Cepat lari, ada tentara Belanda!
Dari script diatas, pencilernya yaitu Afif Numbo langsung menterjemahkannya dalam bentuk gambar seperti ini:
Setelah melalui proses editing dan review selama beberapa kali, terdapat perubahan gambar, warna, dan text, dan hasil akhirnya adalah sebagai berikut:
Dan jadilah;
Nah, demikian langkah menulis script buat komik. Semoga dapat membantu kamu yang sedang mulai belajar dalam membuat komik ya. Pada artikel berikutnya kita akan bahas lebih jauh mengenai bagaimana menterjemahkan panel-panel dalam script tersebut ke dalam halaman.
Hal terpenting dalam tahap lay-out panel di halaman komik ini adalah flow storytelling-nya, intinya harus jelas (tidak membingungkan) sehingga enak dibaca.
Tahap ini disebut thumbnail/storyboard/name.
Sumber, KasKus ditulis oleh Chris Lie