Bisa nggak yaa...?
Seringkali, ketika ngobrol dengan beberapa senior tentang sejak berapa lama mereka berkarya, saya merasa ciut. Apalagi tiapkali beliau-beliau menyebutkan angka tahunnya. Batin saya berseru, “Buset! Saya masih main kelereng sambil ngelap ingus, beliau sudah kerjasama dengan penerbit komik luar!” atau “Ajegile! Di usia yang sama dengan saya, beliau sudah keliling dunia menemui komikus-komikus di luar negeri untuk bekerjasama dan menggali ilmunya.” Saya adalah orang yang berprinsip bahwa tidak ada kesuksesan semalam. Semua butuh proses. Dan bagi saya, proses itulah yang berharga.
Lalu kita kembali ke pertanyaan mendasar, bagaimana kita bisa setanding dengan mereka, para komikus/mangaka idola kita?
Selain proses, ada satu elemen lagi yang sering dilewatkan atau bahkan tidak terpikirkan oleh sebagian orang. Apa itu?
LATIHAN YANG TERSTRUKTUR.
“Maksudnya apa, kak?”
Sering nggak kita mengeluh “saya nggak bisa bikin background”, atau “gambar tangan kok susah ya?”, atau “etdah, bikin lipatan baju gimana sik?”. Ya, ini adalah keluhan standar kita-kita yang sedang mulai ngomik, termasuk saya. Sayangnya, kita sering membiarkan keluhan ini berlarut-larut tanpa kita jawab dengan solusi konkrit. Bahkan, ada yang menjadikan keluhan ini sebagai pagar yang menghalanginya maju konsisten membuat komik. Alhasil, kita terjebak di posisi yang sama. Posisi di mana kita hanya mengeluh dan mengeluh tanpa bisa menyelesaikan komiknya, sementara di seberang sana, mangaka idola kita terus konsisten menelurkan chapter demi chapter hingga terkumpul menjadi satu tankobon komik yang merajai pasar. Pertanyaannya kembali ke kita lagi. “Masa iya kita mau terus-terusan begini?”
Lalu bagaimana mengatasinya.?
Untuk mencapai satu titik keberhasilan itu, kita membutuhkan setidaknya dua step. Step pertama adalah Pra-AXY dan yang kedua adalah XGRA AXY (baca: segera aksi). Maaf, ini step buatan saya sendiri, jadi suka-suka saya ngasih namanya. Kita mulai saja.
I. Pra-AXY
Adalah tahap di mana kita dengan sadar ingin maju taraf skill ngomiknya seperti mangaka/komikus idola kita. Maka, langkah konkrit yang harus kita tempuh adalah menjadikan karya mangaka idola kita sebagai acuan. Misalnya, “saya harus bisa mengembangkan skill pemilihan angle/sudut pandang pada adegan aksi seperti komiknya Pak Hiroaki Samura” dan semacamnya. Ini baru jelas targetnya. Selanjutnya, kita himpun semangat. Dan yang terpenting adalah kita punya niat meluangkan waktu untuk belajar. Ini yang penting. Kalau faktor-faktor di atas sudah jelas, kita lanjut ke tahap utama: XGRA AXY!
II. XGRA AXY
Kegagalan dalam merencanakan berarti sama saja kita merencanakan kegagalan, begitu kata seseorang terkenal yang quotesnya bisa kita temui di internet. Bayangkan, gagal merencanakan saja bisa celaka, apalagi tidak punya rencana. Bencana itu namanya. Seringkali kita berniat mencapai titik tertentu lalu bergerak tanpa jalur. Latah saja, ikut-ikutan. Semisal, kita ingin sehebat Pak Eichiro Oda yang bisa menelurkan cerita ratusan chapter tapi harapan kita hanya sampai sebatas ingin saja. Tidak bisa. Kita butuh beberapa langkah detil yang harus kita tempuh supaya setidaknya kita bisa sekonsisten mangaka idola kita. Ada beberapa elemen dalam step XGRA AXY ini.
Pertama,
Kita harus fokus dulu pada kelemahan kita dalam membuat komik. Kita kaji kelemahan itu dengan mendaftar keluhan dan hambatan kita tiapkali membuat k0mik. Misalnya; Saya tidak bisa membuat background. Kita pertajam lagi fokusnya, “background yang seperti apa?” Background ‘kan macam-macam. Ada hutan, ada gedung. Gedung pun macam-macam; ada gedung perkotaan modern, gedung era 1945, gedung gaya art deco, dsb. Fokuskan dulu. Ketika saya membuat komik Pusaka Dewa, saya sering memakai setting hutan, yang artinya saya harus sering-sering menggambar pohon dan konfigurasinya di dalam hutan. Maka, saya fokus mengkaji yang saya butuhkan. Misalnya, saya butuh belajar menggambar pohon. Pohon yang mana? Pohon Jati, misalnya. Lalu bagaimana ketika nanti pohon-pohon Jati itu berjajar di dalam hutan dan bagaimana semburat persilangan cahayanya ketika cahaya pagi menerpa barisan Jati itu, maka itulah fokus selanjutnya. Ingat, semakin fokus tujuan kita, semakin detil data yang akan kita peroleh.
Kedua,
Setelah kita fokus pada apa yang harus kita pelajari, kita fokus mencari referensi. Saya sudah tahu kalau saya harus belajar menggambar hutan Jati, maka yang saya lakukan selanjutnya adalah mencari referensi pohon jati dan segenap unsurnya; struktur kulit kayunya, jarak antar daunnya, bentuk daunnya, tingginya, dsb. Semakin kita fokus di tahap pertama, semakin mudah kita mencari sumber acuan/referensi. Jangan bingung cari referensi. Dulu, ketika awal mula saya mengomikkan Wanara tahun 2011, saya butuh mempelajari background rumah-rumah kumuh perkotaan yang menjadi setting lokasi di dalam komiknya kala itu. Referensi yang saya pakai, saya tinggal keluar kosan, berkeliling di daerah Pelesiran - Bandung dan menggambar rumah-rumah di daerah sana. Sekali dua kali saya memotret juga supaya bisa saya pelajari di kamar. Intinya, sumber referensi selalu tersedia kalau anda berusaha. Punten, bagi yang suka ngeluh susah cari referensi, saya hampir yakin anda memang kurang niat dan maksimal ikhtiar-nya. Kalau mau maju, tolong yang serius.
Ketiga,
Latihan dengan jadwal yang tertata. “Atulah kak, ini bagian yang paling malesin...” Benar, bagi yang jarang berlatih menggambar, latihan itu berat. Kita dituntut meluangkan waktu untuk meluweskan tangan untuk menggambar dari sumber referensi yang sudah kita dapat di langkah kedua. Tapi sayangnya, tahap latihan ini tidak bisa kita skip. Mau jago gambar hutan Jati, ya saya harus meluangkan waktu berlatih menggambar daunnya, kulit pohonnya, jarak antar-pohonnya, dan sebagainya. Latihan secara terstruktur. Hari ini, khusus saya pakai untuk latihan menggambar daunnya. Besok, saya harus matang menggambar daun supaya bisa fokus latihan menggambar kulit pohonnya. Dan seterusnya. Fokus, terstruktur, dan tahan banting. Pokoknya sampai menguasai. Sampai kita tidak perlu lagi melihat referensi.
Sumber: komik Pusaka Dewa Bab 2, ragasukma.com |
Keempat,
Menantang diri dengan mempraktekkannya di dalam ngomik. Pada tahap ini, yakinkan kita sudah cukup terbiasa menggambar benda yang kita keluhkan selama ini. Selanjutnya, kita aplikasikan hasil latihan kita ke dalam komik yang sedang/akan kita buat. Misalnya, saya sudah terbiasa menggambar Hutan Jati, maka saya tinggal mengaplikasikannya menjadi background di dalam komik saya. Tantangannya adalah ketika saya harus menggambar hutan jati tersebut dari berbagai sudut pandang, mengikuti angle karakter yang sedang berada di dalam panel tersebut. Saya menulis ini ketika saya sudah mempraktekkannya. Saya cuma mau bilang, semakin kita terbiasa menggambarkannya dalam panel demi panel, maka kita akan semakin terbiasa. Bahkan, tanpa perlu lagi menggambar pohonnya, pembaca sudah paham kalau itu pohon Jati hanya dengan melihat jatuh bayangannya.
Sumber: komik Pusaka Dewa Bab 2, ragasukma.com |
Sumber: komik Pusaka Dewa Bab 2, ragasukma.com |
Sudah. Hanya dua tahap, dan empat sub-tahap di tahap kedua.
Setiap cita-cita bisa kita gapai selama kita punya langkah yang tertata untuk ditempuh. Mangaka idola dan komikus senior yang ada di depan kita pastinya sudah menempuh ribuan jam berlatih menggambar sembari berkarya. Menjadi jago ngomik dalam semalam mungkin akan sangat mustahil, tapi menjadi jago dengan latihan yang terstruktur akan sangat mungkin. Saatnya memulai.
XGRA AXY!
Terima Kasih,
Ditulis oleh Sweta Kartika
Pengajar di Padepokan Ragasukma.